Masuk ke Perguruan Tinggi (PT) favorit adalah impian setiap orang yang ingin mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan. Walaupun harus merogoh kocek lebih dalam dan mengeluarkan biaya yang relatif lebih mahal, hal itu tidak menjadi masalah karena mereka melihat akan ada masa depan yang cerah setelah mendapatkan titel sarjana dari PT favorit tersebut. Tetapi bagi orang yang tingkat ekonominya pas-pasan, harus merasa cukup puas masih bisa menikmati bangku perkuliahan walaupun di PT biasa yang biayanya tergolong lebih murah.
Masuk di PT favorit, entah itu PT negeri atau swasta, bagi sebagian orang merupakan suatu keharusan. Ketika berhasil masuk ke PT yang mereka inginkan, mereka merasa telah memasuki zona aman karena berpikir bahwa masa depan mereka terjamin dengan apa yang mereka peroleh saat itu. Dalam hal ini, secara tidak sadar mereka menempatkan posisi kuliah sebagai suatu tujuan. Mereka berasumsi bahwa ketika tidak berhasil masuk PT atau jurusan yang mereka impikan, merupakan sebuah kegagalan.
Padahal esensi sebenarnya dari apa yang mereka jalankan bukan seperti itu. Bangku perkuliahan merupakan satu dari sekian banyak proses yang harus dilalui seseorang. Bahkan proses itupun tidak berakhir ketika seseorang telah lulus dari bangku perkuliahan. Karena setelah itu pun ia masih harus berproses untuk menghadapi tantangan zaman yang selalu berubah.
Jadi, entah PT apa yang akhirnya dimasuki seseorang, tidak boleh menyurutkan semangat untuk belajar. Kampus favorit atau dosen berkualitas tidak bisa menjamin kesuksesan seseorang, karena semua itu hanyalah sebuah sarana. Yang bisa menuntun seseorang ke dalam kesuksesan adalah dirinya sendiri. Hal itu bisa diwujudkan tergantung seberapa besar usaha yang dilakukan dalam proses yang mereka lalui. Karena pada dasarnya kesuksesan adalah suatu hal yang sulit diraih. Tetapi kesuksuan pasti akan datang pada orang yang mau berusaha.
Telah dikirim ke Harian Semarang pada 5 Juni, walaupun tidak dimuat tapi harus tetap SEMANGAT!.,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kritik yang membangun: