Judul : Senja
Terbelah di Bumi Surabaya
Penulis :
Eni Ratnawati
Tebal :
400 halaman
Penerbit :
Writing Revolution, Yogyakarta
Cetakan : I, April 2015
Bayu Dirgantara,
seorang direktur muda, motivator bisnis, dan penerus kerajaan bisnis
Dirgantara, tersentak dengan datangnya sebuah surat misterius. Dilihat sekilas,
surat itu mirip surat cinta; menggunakan kertas merah muda yang bergambar dua
lilin dan setangkai mawar putih. Tetapi isi surat tanpa nama pengirim itu tidak
lain berisi ancaman. Ancaman yang bisa menghancurkan perusahaan raksasa
Dirgantara. Ancaman tentang sesuatu yang berhubungan dengan dosa masa lalu
almarhum papa Bayu.
Setelah beberapa kali
menerima surat misterius itu, Bayu memutuskan untuk melakukan perjalanan dari
Jakarta menuju Surabaya. Di kota itu, selain ingin mencari siapa sebenarnya
pengirim surat itu, ia juga akan mengais informasi tentang masa lalunya, meski
nyawa dan keselamatan keluarganya yang menjadi taruhan. Ia bertekad
melaksanakan janjinya pada mendiang papanya yang ia buat menjelang papanya
meninggal. Janji untuk mencari istri dan anak lain yang dimiliki papa Bayu.
Novel berjudul Senja
Terbelah di Bumi Surabaya karya Eni Ratmawati ini menceritakan tentang
usaha Bayu Dirgantara mencari Teguh Surya Dirgantara, saudaranya yang seayah tapi
lain ibu. Dengan hanya berbekal sepotong nama saudaranya itu, tanpa mengetahui bagaimana
rupa Teguh Surya dan siapa nama ibunya, ia menyusuri luasnya rimba Surabaya
demi menuntaskan janjinya.
Ada banyak lika-liku
kehidupan yang dialami Bayu dalam masa pencariannya. Diawali dengan
pertemuannya dengan Sasha, mantan kekasih yang ingin dilupakannya, di resto
D’paprika milik Sasha. Pertemuan itu menyebabkan dipecatnya seorang
pramusaji bernama Nayla, di hari
pertamanya bekerja di resto itu. Gadis malang itu dipecat karena Bayu
dengan sengaja menyilangkan kakinya di depan Nayla. Tindakan Bayu itu
menyebabkan Nayla menumpahkan setumpuk makanan di atas kepala Joan, adik Sasha.
Bayu, melalui Nouri,
adiknya yang ikut bersamanya ke Surabaya, berusaha meminta maaf dengan
menawarkan sejumlah uang kepada Nayla sebagai ganti rugi. Tetapi tidak seperti
kebanyakan orang yang menggunakan kesempatan itu untuk mendapatkan keuntungan,
gadis berjilbab itu menolak tawaran Nouri dan meninggalkannya.
Pertemuan Kedua
Bayu mulai menemukan
jalan dalam pencariannya atas Teguh Surya setelah mendapatkan informasi dari temannya
yang bernama Mr. Shin. Ternyata saudaranya itu pernah tercatat sebagai
mahasiswa di kampus biru, tempat di mana Mr. Shin mengajar. Dan ditengah
kunjungannya di Kampus Biru, tiba-tiba Bayu melihat gadis D’paprika yang telah dipecat
karena ulah Bayu. Ternyata, Nayla adalah mahasiswi semester akhir di kampus
itu.
Bayu lantas menemui
Nayla. Ia menawari Nayla untuk menjadi staf pribadi Bayu untuk membantunya
mencari Teguh Surya, meski sebenarnya, itu adalah alasan yang sedikit
dibuat-buat Bayu untuk membayar kesalahan Bayu sebelumnya. Bayu bersyukur Nayla
mau menerima tawaran itu, meski sebelumnya Nayla sedikit ragu dalam menerima
tawaran itu.
Benih yang Mulai Tumbuh
Bayu baru pertama kali
ini bertemu makhluk seperti Nayla. Biasanya, ketika ada orang yang bertemu Bayu,
orang itu pasti mengelukan Bayu, atau minimal menyalami dan meminta tanda
tangannya. Itu karena Bayu yang memang sangat terkenal sebagai motivator dan
orang yang sangat sukses di usianya yang masih muda. Belum lagi wajahnya yang
lebih pantas menjadi artis daripada seorang pengusaha.
Tetapi Nayla tidak
seperti itu. Ketika pertama kali bertemu dengan Bayu, Nayla bahkan tidak tahu
kalau dia adalah Bayu sang motivator yang sering dibicarakan Wiwit, sahabatnya.
Dan selama bekerja dengan Bayu, Nayla juga terlihat cuek dan tidak terlalu
memikirkan penampilan untuk sekadar mencari perhatian bosnya yang super tampan
itu.
Bayu sedikit demi
sedikit mulai tertarik melihat karakter Nayla. Dari penampilannya yang
sederhana, sandal dan sepatunya yang umurnya sudah selama masa kuliah Nayla,
sampai Nayla yang tidak mempunyai ponsel di zaman seperti sekarang, semua itu
sangat berbeda dengan karakter wanita yang pernah ia temui. Meski apabila
dilihat, wajah Nayla sebenarnya biasa saja. Wajahnya bahkan sangat jauh apabila
dibandingkan dengan paras mantan kekasih Bayu. Tetapi semua hal itu tidak bisa menghalangi
perasaan yang mulai mekar di hati bayu.
Alur Cerita yang Kompleks
Senja Terbelah di Bumi
Surabaya termasuk novel yang sulit ditebak
alur ceritanya. Di awal-awal cerita, pembaca akan mengira kalau pelaku
pengiriman surat ancaman pasti orang yang berhubungan dengan Teguh Surya.
Tetapi di tengah cerita, muncul dugaan lain kalau pengirim ancaman itu Sasha
karena ia pernah tiba-tiba menyinggung soal mawar kepada Bayu. Belum lagi pemikiran
Marissa, Mama Bayu, yang menduga bahwa pengancam itu adalah orang dalam
perusahaan Dirgantara sendiri.
Menjelang akhir novel,
peresensi sempat merasa penasaran tentang bagaimana Eni akan mengakhiri novelnya
itu. Rasa penasaran itu muncul karena meski ceritanya hampir selesai, Bayu
belum menemukan Teguh Surya dan penyelidikan pengirim surat ancaman masih jauh
dari titik temu. Tetapi pada akhirnya, semua rasa penasaran itu terjawab. Dan
meski jawaban itu ada pada pada tiga bab terakhir novel ini, atau hanya pada 35
halaman dari novel yang tebalnya mencapai 400 halaman ini, tetapi Eni bisa mengakhirinya
dengan tidak cukup apik. Hanya saja, karena klimaks dari novel ini terlalu singkat, gereget dari akhir pencarian Bayu terasa kurang "nendang".
Meski begitu, pembaca akan menemukan
beberapa kejutan dalam Novel ini. Mulai dari terungkapnya Bayu yang
ternyata bukan anak kandung keluarga Dirgantara, Marissa yang pernah menjadi
sahabat istri simpanan Dirgantara dan pernah pula hampir mati karena ulah
mereka berdua, Nayla yang ternyata mengenal Teguh Surya meski dengan nama yang
berbeda, sampai siapa identitas pengirim surat ancaman.
Mengenai pengirim surat
ancaman, penulis novel ini seperti ikut “bersekongkol” dalam menyembunyikan identitas
pengirim itu. Dalam menulis novelnya, Eni menggunakan cara bercerita “orang
ketiga” yang tahu segalanya. Biasanya, orang ketiga sangat jujur dalam
menarasikan cerita dan mengetahui semua isi hati, pikiran, dan perasaan para
tokoh yang diceritakannya. Tetapi Eni ternyata memilih untuk ikut “tertipu”
sandiwara yang dimainkan pengirim surat ancaman. Baru pada menjelang akhir
cerita, Eni benar-benar jujur dalam mengungkakan pikiran pengirim surat ancaman
ketika ia dengan sendirinya membuka kedoknya di depan mama Bayu.
Secara keseluruhan,
novel ini cukup menarik. Tidak semua novel bisa membuat pembaca
merasakan apa yang sedang dirasakan tokoh yang diceritakan. Dan menurut subyektifitas peresensi, Eni ini bisa
membuat pembaca merasakan hampir semua perasaan yang dialami semua tokoh dalam
novel Senja Terbelah di Bumi Surabaya ini.